Sabtu, 25 Februari 2012

MOTIVASI

REVIEW

MOTIVASI

v Motivasi intrinsik adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri). Sedangkan Motivasi ekstrinsik adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan). Dan ternyata prestasi ekstrinsik juga bisa dipakai untuk mendukung prestasi, karena dalam motivasi ekstrinsik terdapat insentif eksternal seperti imbalan dan hukuman. Sebagai contoh, seorang murid akan belajar dengan lebih giat agar mendapatkan nilai yang baik. Dan tentunya motivasi ekstrinsik ini akan efektif jika diterapkan pada anak yang masih berorientasi pada imbalan dan hukuman.

v Atribusi, mastery orientation, self-efficacy, dan penentuan tujuan ternyata bisa berguna dalam memahami dan meningkatkan motivasi untuk berprestasi. Dalam hal ini atribusi mampu meningkatkan motivasi berprestasi, karena dengan adanya atribusi seorang anak akan bertanya pada diri sendiri apa yang telah menyebabkan mereka gagal?. Sehingga jika atribusi ini diikuti oleh ekspektasi positif maka atribusi akan sangat berguna bagi peningkatan motivasi berprestasi anak. Begitu juga dengan mastery orientation, seorang anak dengan orientasi untuk menguasai akan fokus pada tugas ketimbang pada kemampuan mereka, punya sikap positif (menikmati tantangan), dan menciptakan strategi berorientasi solusi yang meningkatkan kinerja mereka. Dan mengenai self –efficacy (keyakinan ada diri sendiri), menurut Dale Schunk bahwa konsep ini sangat mempengaruhi pilihan aktifitas oleh murid. Murid dengan self-efficacy rendah mungkin menghindari banyak tugas belajar, khususnya yang menantang dan sulit, sedangkan murid dengan self-efficacy tinggi mau mengerjakan tugas-tugas seperti itu. Dan yang terakhir adalah penentuan tujuan, hal ini bisa meningkatkan motivasi berprestasi karena menurut Bandura, jika murid mampu menentukan tujuan jangka pendek yang spesifik dan menantang maka ia akan mampu meningkatkan self-efficacy dan prestasi. Karena pada hakikatnya penentuan tujuan adalah implementasi dari self-efficacy.

v Untuk mengurangi kecemasan yang tinggi sejumlah program telah diciptakan, diantaranya:

a) Program intervensi yang menekankan pada teknik relaksasi. Program ini sering efektif untuk mengurangi kecemasan, tetapi tidak selalu menaikkan prestasi.

b) Program intervensi yang memfokuskan pada aspek kekhawatiran. Program ini berusaha mengganti pemikiran yang destruktif dan negatif tentang kecemasan dengan pemikiran yang positif dan konstruktif.

Maka menurut kami pendekatan pada program kedualah yang lebih berguna untuk mengurangi kecemasan yang tinggi, karena lebih efektif dan mampu menaikkan prestasi ketimbang program relaksasi.

v Ekspektasi guru ternyata mampu mempengaruhi motivasi murid, ini bisa terjadi karena ekspektasi guru yang positif akan berpengaruh terhadap sikap seorang guru dalam memperlakukan muridnya dan juga sebaliknya juga bisa mempengaruhi sikap dan perilaku murid terhadap gurunya. Sebagai contoh, guru sering kali punya ekspektasi lebih positif untuk murid berkemampuan tinggi ketimbang murid berkemampuan rendah. Maka alangkah bijaknya jika seorang guru punya ekspektasi positif terhadap semua murid termasuk yang berkemampuan rendah. Sehingga semua murid akan termotivasi dalam belajar, tidak hanya murid yang berkemampuan tinggi saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar